10.1.14

Kelompok Bersenjata di Puncak Jaya Libatkan Anak Usia Sekolah

PUNCAK JAYA, KOMPAS.com - Wakil Bupati Puncak Jaya, Yustus Wonda menyatakan, pihaknya masih sulit memetakan kelompok­-kelompok bersenjata yang berkeliaran di Kabupaten Puncak Jaya karena tidak memiliki garis komando yang jelas.

“Ketika ada yang memiliki satu dua pucuk senjata, mereka langsung mengaku satu kelompok tersendiri,” ungkap Wonda.

Sejauh ini, kata Yustus, yang sudah terdeteksi adalah kelompok Goliat Tabuni, Puron Wenda dan Tengahmati Telenggeng yang berbasis di Kampung Yambi.

Namun Wonda mengaku masih ada kelompok yang hanya terdengar namanya namun tak pernah terlihat seperti Rambo, namun memiliki banyak pengikut.

“Yang menyedihkan pengikutnya adalah anak­-anak usia sekolah, masih belasan tahun,” jelas Wonda.

Status sosial

Ada sebuah fenomena yang berkembang di kalangan anak muda Puncak Jaya, ketika mereka berhasil merebut senjata ataupun membunuh aparat, maka status sosial mereka dalam kelompoknya akan meningkat.

“Ketika masuk ke kelompok mereka, dan memperlihatkan senjata rampasan, maka secara otomatis statusnya akan naik. Walau secara usia masih belia, namun yang lain kemudian menganggapnya sebagai bos. Apa yang dia mau dan dia minta akan diberikan, jadi status yang mereka cari,” urai Wonda.

Dijelaskan Wonda, dari segi pemahaman ideologi sebagian di antara kelompok­-kelompok sipil bersenjata ini tak paham dengan ideologi tertentu dan lebih banyak bertujuan untuk mencari status sosial.

Seperti diketahui dalam beberapa hari terakhir, kelompok sipil bersenjata kembali beraksi dengan melakukan penyerangan dan perampasan 8 pucuk senjata di Pos Polisi Kulirik, Distrik Mulia, Sabtu (4/1/2014) dan yang terakhir adalah penembakan seorang tukang ojek di Kampung Wuyuneri, Distrik Mulia serta penembakan Pesawat Susi Air PK­VVV saat akan mendarat di Bandara Mulia, Selasa (7/1/2014) kemarin.

No comments: